Sebagai bagian dari badan otonom Nahdlatul Ulama (NU) yang bergerak di bidang pengamanan dan sosial kemasyarakatan, Banser (Barisan Ansor Serbaguna) memiliki peran strategis yang tak jarang menuntut kesiapsiagaan tinggi. Salah satu elemen penting yang mencerminkan identitas dan kedisiplinan anggotanya adalah seragam dinas Banser.
Jika dilihat sekilas, seragam Banser kerap kali diasosiasikan dengan seragam militer, terutama karena motif loreng yang digunakan pada Pakaian Dinas Lapangan (PDL). Namun, Banser bukanlah pasukan militer. Seragam tersebut lebih merupakan simbol keteraturan, loyalitas, dan kesiapan dalam menjalankan tugas di bidang sosial keagamaan.
Sekilas Tentang Seragam Banser
Seragam Banser dirancang untuk menunjang aktivitas lapangan dan kegiatan keorganisasian yang beragam, mulai dari pelatihan kader, pengamanan acara keagamaan, hingga aksi kemanusiaan. Model dan warna seragam pun disesuaikan dengan kebutuhan tugas, mulai dari yang kasual untuk harian hingga yang formal dan kokoh untuk keperluan lapangan.
Banser sendiri lahir dari akar sejarah panjang Nahdlatul Ulama, dengan cikal bakalnya adalah organisasi kepemudaan Syubbanul Wathan yang berdiri pada tahun 1924. Sejak itu, Banser tumbuh sebagai garda terdepan NU yang senantiasa hadir di tengah masyarakat.
Ragam Seragam Dinas Banser
Sama halnya dengan instansi formal lainnya, Banser memiliki pembagian seragam berdasarkan jenis tugas. Berikut ini adalah beberapa tipe seragam resmi yang dikenakan para anggotanya:
1. Pakaian Dinas Harian (PDH)
PDH merupakan seragam standar yang dikenakan saat kegiatan internal organisasi, seperti rapat, apel, atau pengelolaan markas.
- Warna: Coklat kehijauan polos
- Model: Kemeja lengan pendek, dua saku di bagian dada, kerah tegak
- Bawahan: Celana panjang senada
- Atribut: Logo Banser, nama, badge, dan tanda pengenal lainnya
2. Pakaian Dinas Lapangan I (PDL I)
PDL I adalah seragam utama untuk kegiatan lapangan yang memerlukan kesiapsiagaan tinggi.
- Motif: Loreng khas Banser
- Model: Kemeja dan celana panjang bermotif loreng
- Aksesori: Topi baret, atribut bordir lengkap, sepatu dan kaus kaki hitam
3. Pakaian Dinas Lapangan II (PDL II)
Seragam ini digunakan pada aktivitas lapangan dengan intensitas ringan hingga sedang.
- Warna: Coklat kehijauan polos (mirip PDH namun berlengan panjang)
- Perbedaan utama: PDL II menggunakan topi baret, bukan muts
- Desain: Kemeja lengan panjang dengan dua saku dan kerah tegak
Ketentuan Pemakaian Seragam
Dalam penggunaannya, setiap seragam Banser memiliki pedoman dan tata aturan tersendiri. Tak hanya soal warna dan model, tetapi juga posisi penempatan atribut serta kelengkapan lainnya. Berikut ini gambaran umum ketentuannya:
- PDH: Kemeja pendek, celana panjang, topi muts, sepatu hitam, papan nama, dan atribut bordir
- PDL I: Kemeja dan celana loreng, baret, sepatu lapangan, atribut tempel di dada dan lengan
- PDL II: Kemeja panjang polos, celana senada, topi baret, atribut dan papan nama sesuai ketentuan
Setiap atribut memiliki makna tersendiri—baik sebagai tanda pengenal, unit tugas, hingga penghargaan atas dedikasi dalam organisasi.
Atribut Pelengkap Seragam Banser
Untuk mempertegas identitas dan mendukung aktivitas lapangan, anggota Banser diperkenankan menggunakan berbagai atribut pelengkap, seperti:
- Ikat pinggang hitam
- Topi muts (PDH) atau baret (PDL)
- Papan nama
- Lencana lambang Banser, badge terjun payung, perisai merah putih logo Ansor
- Sepatu dan kaus kaki warna gelap
Setiap atribut dijahit atau disematkan dengan posisi yang sudah ditentukan. Hal ini menciptakan keseragaman dan mempertegas profesionalitas anggota di lapangan.
Pembuatan baju seragam Banser mengutamakan ketahanan dan makna simbolik sebagai bagian dari identitas organisasi. Mulai dari pemilihan bahan yang kuat untuk kegiatan lapangan, hingga penempatan atribut seperti logo, nama, dan badge satuan—semua dirancang sesuai standar internal yang telah ditetapkan oleh GP Ansor.
Penutup
Seragam Banser bukan sekadar identitas visual, tetapi juga representasi nilai-nilai organisasi: siap sedia, loyal, dan berjiwa sosial tinggi. Walaupun tampilannya menyerupai seragam militer, Banser bukanlah pasukan tempur. Tugas utama mereka lebih banyak berorientasi pada pengabdian masyarakat dan pengamanan berbasis keagamaan.
Dengan struktur organisasi yang tersebar hingga tingkat desa, dan keterlibatan aktif dalam berbagai kegiatan sosial, Banser menjadi wajah kerelawanan yang mengakar kuat di masyarakat Indonesia.
Untuk penjelasan lebih lengkap seputar ragam pakaian profesi keamanan dan penegak hukum, kunjungi artikel berikut:
👉 Jenis-Jenis Pakaian Keamanan dan Penegak Hukum
Artikel di website ini ditulis oleh Drajad DK, pelaku usaha aktif dan pengelola konten edukatif di Sintesa Konveksi.
🔗 Lihat profil lengkap →